DOSEN JURUSAN FARMASI IKUTI SHORT COURSE HEALTH SCIENCES DI COVENTRY UNIVERSITY, INGGRIS

Resume Pelaksanaan SCHS Coventry UK by Mr. Muhamad Rinaldhi Tandah

Setelah melewati serangkaian proses seleksi, terpilihlah 24 peserta yang mewakili hampir seluruh Nusantara, untuk belajar tentang Jaminan Kesehatan Sosial di Coventry University, Inggris. Program ini dimulai 14 November hingga 2 Desember 2018, dan didanai penuh oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Mungkin kegiatan ini lebih terdengar sebagai liburan yang sangat menyenangkan dan tidak terlihat sebagai sebuah proses belajar. Tapi percayalah, kegiatan ini adalah proses belajar yang sangat berat, sejujurnya bagi penulis, untuk mengerti Bahasa Inggris dengan aksen British. Bahkan beberapa dosen menggunakan Bahasa Inggris dengan aksen India dan Zimbabwe.  Tetapi syukurlah setiap orang memiliki kemampuan beradaptasi, termasuk membiasakan diri dengan aksen berbeda. Bisa dibayangkan kegiatan perkuliahan, dimana kemampuan berbahasa Inggris pasif pun tidak bisa dicapai, tentu tidak akan menghasilkan apa-apa.

Tema course ini adalah Universal Health Coverage dengan judul Health System for Indonesia. Awalnya kami diperkenalkan tentang National Health Service, yaitu sistem jaminan kesehatan nasional yang diberlakukan di Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia, bagaimana cara kerjanya, siapa saja yang tercover, dan sarana penunjang NHS. Sungguh sistem yang sangat komplek, dibangun secara bertahap sejak 1948, dimana tidak sedikit masalah dan krisis yang dihadapi. Berbeda dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia, melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang baru diberlakukan sejak 2014. Tentu masih terlalu dini untuk menyebutkan kata gagal bagi program dengan prinsip gotong royong ini. Diskusi terbuka dilakukan oleh para pemateri untuk memberikan solusi terbaik menyelesaikan masalah-masalah BPJS yang disebutkan oleh peserta. Solusi tersebut tidak jauh dari  pengalaman profesional mereka yang turut andil dalam membangun NHS.

Selayaknya kampus terkemuka lainnya, fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa sangat beragam di tempat ini. Tempat ibadah, gym, toilet, kantin, WiFi, dan ruang diskusi sudah lazim berada di tiap gedung perkuliahan, lengkap dengan frontdesk officer yang akan memberikan detil informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa maupun tamu. Perlu diketahui di awal, bahwa kami yang mengikuti short course ini terhitung sebagai tamu. Yang membedakannya dengan mahasiswa Coventry University adalah pada kartu yang kami pegang masing-masing. Kartu ini memberikan akses terbatas di setiap gedung yang kami kunjungi.

Perkenalkan Adam Layland, fasilitator kami selama di kampus bersejarah ini, yang memenuhi kebutuhan kami, yang tidak disediakan kartu akses terbatas tadi. Bahkan Adam dengan sangat cekatan dan empatinya selalu mengecek kenyamanan kami selama course berlangsung hingga ke akomodasi mahasiswa di Quadrant Hall. Beliau sadar bahwa iklim tropis Indonesia tentu sangat mengganggu bagi kami. Suhu Coventry saat itu berkisar antara -2 hingga 7 derajat celcius. Untung saja tidak sampai turun salju. Bagi mereka, salju adalah keadaan terburuk dari semua musim, karena semua kegiatan yang menggunakan akses jalan raya terhenti. Kendaraan bisa mengalami kecelakaan jika memaksakan jalan di jalan aspal yang membeku. Sophie Beer, Kelly Gilman, dan Moses Phiri adalah perpanjangan tangan Adam yang selalu mendampingi kami saat memulai hari. Selesai sarapan, secara bergantian, mereka mendampingi kami menuju gedung sesuai dengan jadwal course.

 

Merupakan suatu kehormatan bagi kami saat diberikan perjamuan makan malam saat tiba di Coventry, dan juga saat akan berpisah. Fasilitator, pemateri, dan praktisi rumah sakit hadir memenuhi undangan dan duduk semeja bersama kami. Canda dan tawa memenuhi restoran berkelas tersebut. Ada diantaranya yang terlibat pembicaraan serius “meminang” pengajar Coventry University untuk menjadi promotor studi S3, mencari kemungkinan untuk melakukan kerjasama antar universitas, atau sekedar menjalani join research. Semuanya mendapatkan win-win solution.

Coventry adalah kota kecil yang indah, lengkap dengan keramahtamahannya. Atmosfer yang sangat mendukung untuk kegiatan pembelajaran, terutama bagi pendatang. Nyaris setiap hari kami berjalan kaki menuju tempat perkuliahan sambil mengabadikan landscape Coventry dari beberapa sudut. Tercatat ada 3 gedung yang kami gunakan untuk sharing ilmu dengan dosen pakar. Jarak antara Quadrant Hall dengan tempat-tempat tersebut sekitar 10 menit dengan berjalan kaki.

Ini adalah negeri yang luar biasa, dengan kekayaan budayanya yang sangat terkenal seantero dunia. Penulis sangat berkeinginan untuk kembali lagi ke negara ini sebagai duta negara dengan misi mendapatkan gelar Ph.D. Tentu saja untuk mencapai itu, harus mendapatkan skor IELTS yang sesuai dengan persyaratan di negara-negara UK.Penulis: Muhamad Rinaldhi Tandah

Editor: AW

Updated: 26 March 2020 — 6:31 am
Jurusan Farmasi © 2020 Kontak Kami